Sarasehan Pendidikan

Yogyakarta terkenal dengan julukan kota pendidikan, dimana dikota ini lahir tokoh-tokoh yang mengenalkan sistem metode dan filosofi pendidikan dari berbagai sudut. Dimana ide dan gagasan dari tokoh pendidikan ini masih dipakai hingga sekarang. Julukan kota pendidikan bagi Yogyakarta seakin kuat ketika dikota ini pula berdiri museum yang khusus pada bidang pendidikan, yakni Museum Pendidikan Indonesia yang berada di komplek Universitas Negeri Yogyakarta.

Dengan kondisi pendidikan yang semakin tidak menentu ini, membuat kehausan akan oase pendidikan dibumi yang berjuluk bumi Mataram ini. Ini yang dintunjukkan oleh para pemerhati, praktisi dan akademisi bidang pendidikan.  MPI Yogyakarta menangkap gelaja kehausan itu dengan mengadakan kegiatan sarasehan pendidikan. Kegiatan sarasehan pendidikan ini bertajuk “Menggali Kembali tujuan dan filosofi pendidikan Lima Tokoh Pendidikan” Kelima tokoh yang di maksud adalah Ki Hajar Dewantara, KH. Ahmad Dahlan, Sri Sultan HB IX, Ki Ageng Suryomentaram, dr. Wahidin Sudirohusodo. Kegiatan ini di laksanakan tanggal 26 September 2024 di ruang Audio Visual MPI UNY yang dibuka secara langsung oleh Wakil Rektor UNY Prof. Dr. Margana, M.Hum, M.A. Kegiatan ini dimulai pada pukul 08:00 sampai selesai.

Kegiatan ini menghadirkan pembicara yang ahli di bidangnya, antara lain Ki Gandung Ngadina, M.Pd (Ketua BPH Majelis Luhur Taman Siswa), Arif Jamali Muis, M.Pd (Sekretaris PWM DIY), RM. Kristiadi, S.Sn (Kerabat HB IX), Prof. Dr. Suminto A. Sayuti (Sastrawan dan Budayawan Nasional), Dr. Taat Wulandari (Sejarawan Fishipol UNY).  Kegiatan ini di moderatori langsung oleh Sekretaris MPI UNY Bapak Dr. Joko Pamungkas, M.Pd.

Kegiatan pemaparan pertama dibuka Prof Suminto yang memaparkan tentang Ajaran Pendidikan Ki Ageng Suryomentaram. Beliau menjelaskan tentang ajaran Ojo Dumeh dalam menjalani laku hidup untuk Kembali pada ajaran Sakmadya. Paparan kedua adalah Sri Sultan HB IX  yang di sampaikan oleh RM. Kristiadi. Belaiu menyampaikan bahwa ajaran pendidikan HB IX adalah sikap Disiplin, berprilaku sederhana. Jiwa kedisiplinan itu dilakukan dengan melatih tarian. Pendidikan HB IX dilakukan dengan laku kanti laku, yakni Ngelmu  dan ilmu. Dimana ilmu harus dilakukan  sebagai prilaku yang didasarkan pada Indera bathin dan penghayatan pribadi.

Paparan ketiga adalah  tentang ki Hajar Dewantara oleh Ki Gandung Ngadina. Beliau mengatakan bahwa pendidikan Ki Hajar Dewantara. Salah satu ajaran Ki Hajar Dewantara  adalah tripusat Pendidikan yang kemudian di jadikan pondasi pendidikan dalam satuan pendidikan Indonesia. Kemudian paparan yang keempat adalah oleh  bapak Arif Jamali Muis  yang menyampaikan tentang gagasan pendidikan Muhammadiyah oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan. Beliau menjelaskan bahwa pendidikan yang digagas oleh Kiai Dahlan  adalah pendidikan yang memajukan dan menggembirakan. Pendidikan yang memadukan ilmu agama dan ilmu umum untuk dapat dipelajari secara bersama.

Kemudian paparan yang terakhir adalah tentang kiprah dan kontribusi pendidikan yang dilakukan oleh dr. Wahidin Sudirohusodo yang disampaikan oleh Dr. Taat Wulandari. Beliau menyanmpaikan bahwa dr. Wahidin adalah seorang dokter yang baik hati, dan dalam bidang pendidikan  dr. Wahidin mendirikan lembaga pendidikan  yang bertugas untuk mengumpulkan dana sebagai modal untuk menyekolahkan rakyat. Lembaga ini kemudian yang disebut dengan Beasiswa. Dr. Wahidin juga tidak segan untuk menjual harta pribadinya. 

Kegiatan ini memancing diksusi yang menarik dari peserta sarasehan, banyak pertanyaan yang muncul, begitu pun respon dari para narasumber yang memberikan sudut pandang baru dari berbagai displin keilmuan.