Museum menyimpan dan menampilkan warisan sejarah dan budaya bangsa, yang dapat membentuk karakter generasi muda dengan mengenalkan jati diri bangsa dan nilai-nilai luhur. Museum juga berperan dalam melestarikan kesenian tradisional, kerajinan tangan, dan kearifan lokal sekaligus berkontribusi dalam kampanye pelestarian lingkungan melalui program edukasi. Melalui kunjungan dan program edukasi, museum dapat menginspirasi generasi muda dalam menemukan passion mereka dalam berbagai bidang seperti seni, sejarah, dan ilmu pengetahuan. Hal ini disampaikan Manager Operasional Museum Monjali Nanang Dwinarto dalam bedah buku Vidyā Bhakti Pṛthvī: Perjalanan Menuju 15 Tahun Museum Pendidikan Indonesia (2008-2023) di Museum Pendidikan Indonesia (MPI) UNY, Selasa (25/7).
Lebih lanjut Nanang menjabarkan MPI UNY didirikan sebagai wadah pengumpulan, penelitian, dan pameran koleksi bersejarah pendidikan Indonesia, sebagai bagian dari upaya melestarikan dan mengenalkan warisan sejarah pendidikan bangsa. “Proses berdirinya melibatkan para akademisi, peneliti, dan pemerhati pendidikan, serta mendapatkan dukungan dari berbagai pihak terkait dan partisipasi aktif masyarakat” katanya. Museum ini berperan penting dalam pembentukan karakter generasi bangsa yang mencintai tanah air dan nilai-nilai kebudayaan Indonesia melalui koleksi bersejarah dan program edukasi yang diadakan.
Menurut Ketua Forum Komunikasi Museum Sleman (FKMS) tersebut isi buku Vidyā Bhakti Pṛthvī ini merangkai sejarah pendidikan di Indonesia melalui storyline Museum Pendidikan Indonesia. Buku ini sangat tepat ditulis pada 15 tahun berdirinya museum. “Karena perkembangan museum ini sangat pesat dan kiprahnya di forum tingkat Kabupaten, FKMS, maupun forum museum tingkat Propinsi Barahmus sangat besar dalam memberikan inspirasi terhadap museum-museum yang lain” ujar Nanang.
Bedah buku ini dihadiri oleh sejumlah pejabat UNY, kepala museum se-DIY dan pemerhati kemuseuman. Buku ini terdiri dari enam bab. Pertama pengantar, kemudian kepemimpinan MPI, partisipasi MPI dalam kegiatan permuseuman, kegiatan MPI di masa Pandemi, visualisasi sejarah serta sumbangsih MPI. Kepala MPI UNY Prof. Trie Hartiti Retnowati berharap buku ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan museum di Indonesia.
Dalam forum ini Dr. Sardiman AM memaparkan bahwa citra keberadaan museum di Indonesia tidak begitu menguntungkan. Bagi masyarakat bahkan ada sebagian para cerdik pandai yang memandang museum sebagai sesuatu yang sudah usang, tidak ada gunanya. “Pandangan masyarakat yang demikian itu tentu tidak tepat. Museum bukan bangunan tua, mati, dan tidak berfungsi, bangunan yang hanya menyimpan barang-barang bekas yang rusak tak ada gunanya” ujarnya. Tetapi museum merupakan bangunan yang memiliki makna penting dalam khasanah budaya masyarakat dan bangsa karena berisi berbagai koleksi yang dapat menjadi pusat informasi, menjadi sumber ilmu pengetahuan, dan sebagai pusat pewarisan budaya bangsa.
Kepala MPI Periode 2012-2016 itu masih menyimpan keinginan agar MPI dapat menjadi pusat ilmu pengetahuan, sumber belajar, dan wahana yang edukatif inspiratif. Untuk itu perlu penyempurnaan penyimpanan koleksi instrument pendidikan, jenis pendidikan serta kelengkapannya. Sardiman memberi usulan agar kedepannya MPI dapat menghidupkan kembali agenda festival pendidikan, museum sahabat sekolah serta memanfaatkan IT untuk memamerkan koleksi yang menarik.
Penulis: Dedy
Editor: Sudaryono